PEMANFAATAN DATA SATELIT GMS MULTI KANAL UNTUK KEGIATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA |
Author : Muhamad Djazim Syaifullah, Satyo Nuryanto |
Abstract | Full Text |
Abstract :Tulisan ini menyajikan pemanfaatan data satelit GMS (Geostationary Meteorological Satellites) multi kanal untuk informasi perawanan dalam rangka mendukung kegiatan teknologi modifikasi cuaca. Pemanfaatan data satelit meliputi proses pengunduhan data, proses kalibrasi dan visualisasi citra satelit sehingga dapat diinterpretasi. Pemrosesan data satelit juga meliputi jenis dan tipe awan serta ukuran butir awan. Dengan diketahuinya tipe dan jenis awan maka pemilihan target awan dalam pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dapat lebih efektif. Data Satelit GMS yang berupa data PGM untuk berbagai kanal telah dimanfaatkan untuk analisis cuaca dan mendukung pelaksanaan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Dari analisis beberapa kanal Infra Merah (IR) dapat diperoleh tipe/jenis awan dan ukuran butiran awan yang sangat bermanfaat untuk kepentingan Teknologi Modifikasi Cuaca. Diperlukan pengelolaan data yang lebih intensif baik manajemen data maupun kontinuitas pengunduhan data untuk menjamin kelancaran analisis. Selain itu juga diperlukan validasi lapangan misalnya dengan data radar analisis menjadi semakin akurat.
|
|
PERBANDINGAN PROFIL HUJAN VERTIKAL RADAR CUACA DENGAN MICRO RAIN RADAR SELAMA KEJADIAN HUJAN SEDANG (Studi Kasus : Intensive Observation Period 2016) |
Author : Sunu Tikno, Rino Bahtiar Yahya, Sara Aisyah Syafira |
Abstract | Full Text |
Abstract :Micro Rain Radar (MRR) merupakan suatu instrumen pengamatan hujan, yang beroperasi secara vertikal. Sementara itu, radar cuaca WR-2100 biasa digunakan untuk membuat suatu profil yang berupa cakupan area. Akan tetapi, dengan pengolahan lebih lanjut, data suatu radar cuaca seperti radar cuaca WR-2100 tersebut juga dapat digunakan untuk menampilkan profil vertikal salah satu parameternya di suatu lokasi tertentu. Penelitian kali ini membandingkan profil vertikal hujan di Dramaga, Bogor berdasarkan nilai rain rate nya yang diperoleh dari MRR yang beroperasi secara langsung di lokasi tersebut dengan profil serupa yang diperoleh dari radar cuaca WR-2100 yang beroperasi di lokasi berbeda, yaitu di Serpong, Tangerang Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua instrumen tersebut mendeteksi adanya nilai rain rate pada waktu-waktu yang bersamaan, namun dengan nilai yang lebih tinggi oleh radar cuaca WR-2100 untuk lapisan-lapisan yang lebih tinggi, yang terutama diduga karena atenuasi yang lebih besar dan signifikan yang terjadi pada proses pengukuran oleh MRR untuk lapisan-lapisan yang lebih tinggi pada saat kejadian-kejadian hujan sedang.
|
|
ANALISIS KEJADIAN EL NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTENSITAS CURAH HUJAN DI WILAYAH JABODETABEK (Studi Kasus : Periode Puncak Musim Hujan Tahun 2015/2016) |
Author : Ardila Yananto, Rini Mariana Sibarani |
Abstract | Full Text |
Abstract :Beberapa lembaga riset dunia dan badan-badan meteorologi beberapa negara di dunia menyatakan adanya kejadian El Nino Tahun 2015 terus berlanjut hingga tahun 2016. Adanya kejadian El Nino tersebut secara umum akan mempengarui intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk wilayah Jabodetabek. Analisis kejadian El Nino Tahun 2015/2016 dilakukan dengan menganalisis nilai NINO 3.4 SST Index, Southern Oscillation Index (SOI), Indian Ocean Dipole (IOD), pola sebaran suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature) dan juga gradient wind di Samudra Pasifik Tropis. Sedangkan Analisis Curah Hujan dilakukan dengan menggunakan data TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission). Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa berdasarkan parameter NINO 3.4 SST Index dan Southern Oscillation Index (SOI) pada pertengahan Tahun 2015 hingga awal Tahun 2016 telah terjadi fenomana El Nino pada level kuat, adanya peningkatan suhu permukaan laut di sebagian besar wilayah Indonesia sejak Bulan November 2015 yang diikuti dengan penurunan indeks Dipole Mode hingga menjadi bernilai negatif (-) sejak awal Tahun 2016 serta dengan adanya peralihan Angin Muson Timur ke Angin Muson Barat di wilayah Indonesia telah menyebabkan peningkatan curah hujan yang cukup signifikan dalam batas normal di wilayah Jabodetabek pada puncak musim hujan Tahun 2015/2016 (November 2015 - Februari 2016) walaupun pada Bulan November 2015 hingga Februari 2016 tersebut masih berada pada level El Nino kuat.
|
|
PERBANDINGAN PENGUKURAN RADIOMETER DAN RADIOSONDE PADA MUSIM HUJAN DI DRAMAGA BOGOR |
Author : Ibnu Athoillah, Saraswati Dewi, Findy Renggono |
Abstract | Full Text |
Abstract :Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC) BPPT bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan kegiatan Intensive Observation Period (IOP) selama puncak musim hujan pada tanggal 18 Januari - 16 Februari 2016 di wilayah Jabodetabek. Salah satu peralatan yang digunakan untuk observasi adalah Radiometer dan Radiosonde. Pada penelitian ini akan difokuskan bagaimana perbandingan hasil dari pengukuran Radiometer dan Radiosonde selama kegiatan IOP terutama untuk parameter temperatur dan kelembapan relatif. Hasil dari perbandingan pada profil atmosfer di lapisan tertentu terlihat adanya data yang mempunyai kecenderungan jauh dan tidak memiliki kedekatan nilai. Untuk pengukuran temperatur dengan radiometer jika dibandingkan dengan radiosonde, korelasi data semakin kecil di lapisan atas, sebaliknya jika untuk pengukuran kelembapan relatif, korelasi data di lapisan atas lebih tinggi daripada korelasi data di lapisan bawah. Sedangkan jika dibandingkan pada satu waktu antara radiometer dan radiosonde menunjukkan kecocokan untuk kedua data, meskipun kecocokan data kelembapan relatif lebih kecil dibandingkan data temperatur.
|
|
ANALISIS PROFIL CAPE (CONVECTIVE AVAILABLE POTENTIAL ENERGY) SELAMA KEGIATAN INTENSIVE OBSERVATION PERIOD DI DRAMAGA BOGOR |
Author : Alfan Muttaqin, Fikri Nur Muhammad, Purnomo Arif Abdillah |
Abstract | Full Text |
Abstract :Profil nilai CAPE(Convective Available Potential Energy) telah didapatkan dari analisis data Radiometer untuk wilayah Dramaga Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Kegiatan pengamatan dilakukan dari tanggal 18 Januari – 16 Februari 2016. Radiometer mampu mengamati profil atmosfer sampai level ketinggian 10 km. Dengan kemampuan tersebut maka kandungan air (Liquid Water Content), kelembaban relatif (RH) dan suhu bisa teramati sampai level atas. Hasil pengolahan dan analisis menunjukkan bahwa nilai CAPE, sesaat akan terjadi hujan, cenderung terlihat turun dan bernilai mendekati 0 (nol). Ketika terjadi hujan dengan instensitas sedang maka nilai CAPE turun perlahan dan mendekati 0 (nol), ketika terjadi hujan dengan instensitas ringan maka nilai CAPE turun namun tidak mendekati 0 (nol) dan nilai CAPE ketika hari tidak hujan cenderung tidak ada yang mendekati 0 (nol). Besarnya nilai CAPE tidak berpengaruh terhadap intensitas curah hujan. Pada saat hari terjadi hujan maka akan disertai terjadinya penurunan nilai CAPE karena tidak ada konveksi.
|
|